Semangat Catur Dharma untuk Indonesia

Era teknologi yang semakin pesat, atau lebih dikenal dengan zaman ‘kekinian’ memberi akses tanpa batas akan berbagai hal. Saat ini kita dengan mudah mengetahui keadaan masyarakat di belahan wilayah bahkan benua yang berbeda hanya dalam satu ‘klik’ pada layar smartphone atau gadget yang kita miliki. Akses informasi yang serba mudah, serta hadirnya berbagai peralatan canggih yang dapat dimiliki setiap orang, cenderung meningkatkan individualitas kita di era high technology ini. Perilaku individualisme ini dapat dilihat di berbagai jalanan kota, ataupun halte-halte bus yang kerap dipenuhi dengan kerumunan. Alih-alih berkomunikasi dengan sekitar, pribadi kita saat ini lebih cenderung memilih untuk berhubungan dengan gadget atau smartphone yang kita miliki. Karakter masyarakat seperti ini akan sulit dirubah jika dibiarkan terus menerus, maka dari itu dibutuhkan langkah nyata yang dapat mengajak komunal bergerak peka terhadap keadaan sekitar dan kondisi lingkungan.

Sebagai perusahaan besar yang telah bertahun-tahun tumbuh dan berkembang di tanah air, Astra telah menunjukkan langkah nya dalam kepedulian sosial dan lingkungan melalui program – program seperti Astra untuk Indonesia Kreatif, Astra untuk Indonesia Cerdas, dan yang paling banyak diperbincangkan di berbagai laman website dan situs berita nasional adalah Astra untuk Indonesia Sehat. Program yang menitikberatkan pada peningkatan pelayanan kualitas kesehatan ibu dan anak serta perbaikan gizi di masyarakat ini tentunya termasuk kategori program yang sangat dibutuhkan saat ini, terlebih dalam kondisi kesenjangan ekonomi yang besar di masyarakat dan juga tingginya tingkat kemiskinan yang menyebabkan merebaknya permasalahan gizi buruk dan gizi kurang di berbagai wilayah di Indonesia. Melalui program Astra untuk Indonesia Sehat, Astra telah memberikan pengobatan gratis kepada 125.818 pasien, 216.263 kantong darah, dan pembinaan untuk 1.577 posyandu.

Tidak berhenti di tataran pemberian bantuan langsung, Astra juga berinisiatif mewujudkan Kampung Berseri yang tersebar di 17 provinsi di seluruh Indonesia, dengan total lokasi 49 kampung yang telah dibentuk dan dilatih menjadi kampung dengan lingkungan yang bersih, hijau serta masyarakat yang sehat, cerdas, dan produktif. Kehadiran Kampung Berseri Astra diharapkan dapat menginspirasi berbagai wilayah lainnya untuk berkembang dan membangun wajah perkampungan Indonesia saat ini.

Sebagai salah satu perusahaan besar yang telah 60 tahun berkiprah di Indonesia, kinerja Astra telah diakui baik di dalam dan juga di luar negeri. Tahun 2016 lalu, Astra memperoleh penghargaan sebagai Best Company di Indonesia. Penghargaan ini diberikan oleh majalah FinanceAsia yang berpusat di Hong Kong. Penghargaan ini menjadikan Astra sejajar dengan berbagai perusahaan asing lainnya seperti Samsung Electronics dari Korea Selatan, China Telecom dari Chna, PTT dari Thailand, dan Singtel dari Singapura, yang juga mendapatkan penghargaan serupa dalam momentum yang sama. Tidak hanya itu, di Bursa Efek Indonesia pun saham yang dimiliki Astra tergolong blue chip dengan kapitalisasi pasar saham sekitar Rp 337 T tercatat pada tanggal 12 Oktober 2016.

Menilik berbagai prestasi yang telah dimiliki oleh Astra, tentunya tak lepas dari dukungan setiap elemen masyarakat dan juga kerja keras dari para pekerja di tiap sektor bisnis Grup Astra. Kehadiran 213.175 karyawan beserta 2500 vendor dengan lebih dari 10 juta konsumen telah banyak memberi warna dalam perjalanan kesuksesan Astra saat ini. Maka dari itu, Astra menyadari pentingnya untuk terus menjaga filosofi Catur Dharma sebagai nilai dalam portofolio bisnis dari sejak Astra berdiri hingga kini genap berusia 60 tahun.

Empat poin Catur Dharma yang mengajarkan kita semua untuk bisa menghargai individu dan membina kerjasama, serta terus menjaga kualitas kinerja dengan memberi pelayanan yang terbaik kepada pelanggan, dan senantiasa berinovasi guna mencapai pencapaian terbaik, tentunya menjadi pilar pilar yang mendukung pembangunan sektor bisnis dan non bisnis di Indonesia. Hingga diharapkan kelak tercapai poin pertama dalam Catur Dharma, yaitu menjadi perusahaan  yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Semangat inilah yang tercermin dalam visi Astra 2020, Pride of the Nation, semangat kebangsaan yang mengajak setiap elemen bangsa untuk terus berkarya dan mengharumkan nama bangsa dengan penuh kerja keras dan cinta kepada sesama.

Di usia ke-60 ini, beberapa waktu lalu saat perayaan Hari Sumpah Pemuda, Astra memberi apresiasi kepada pemuda-pemudi Indonesia berbakat yang memiliki semangat sejalan dengan Astra dalam memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat. Penghargaan ini berupa bantuan dana senilai Rp 55 juta dan pembinaan kegiatan kepada setiap penerima penghargaa. Setelah proses pencarian, akhirnya diperoleh 39 sosok inspiratif yang telah berkarya di berbagai bidang seperti Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Kesehatan, Teknologi dan Kelompok. Program ini adalah wujud dukungan Astra terhadap pengembangan bangsa yang kelak akan dipelopori oleh sosok – sosok inspiratif yang telah menunjukkan langkah nyata semangat Catur Dharma dalam masyarakat terdekat mereka. Semoga semangat Catur Dharma terus tertanam dalam benak kita semua untuk tidak hanya menjadi sosok yang hebat tetapi juga bermanfaat untuk semua.

 

Sekat Pekat

Mereka mulai mengatakan, siapa yang harus kalah, siapa yang harus berjuang. Seperti kawanan gagak yang hanya bisa berteriak. Bisakah ada kesejajaran antara kita? Bisakah aku dipandang sama berharganya tanpa perlu ada embel-embel bodoh soal status sosial, ataupun profesi?

Bagi mereka, aku hanyalah tukang menulis dan penjual buku. tentu saja, bagi yang tak perah percaya soal kekuatan kata dan gagasan, it’s nothing. Tapi aku percaya, aku berharga atas apa yang aku tulis dan apa yang terus aku sarikan untuk menjadi bahan tulisan.

hanya karena orang tak merasa ini berharga, bukan berarti ini tak ada nilainya. Tepat seperti tupai yang begitu bingung mendapati tempurung kelapa. Aku tak mencari pengakuan. Aku tak mencari sanjungan. Hanya saja, aku membenci orang-orang bodoh yang begitu pintar membual soal dunia.

Mereka bersalah, lalu menimpakan kesalahan mereka pada orang lain. Mereka menyakiti, lalu mereka menangis meminta tolong. Mereka mencaci lalu mengatai orang tak punya tata krama. Mereka tak punya karya, tapi menuduh orang lain tak berguna. Such a hatefull person. Sulit menyukai yang demikian. Sulit untuk mampu menumbuhkan simpati pada orang yang tak ingin dicintai.

Aku masih harus bertemu dengan orang-orang semacam ini. lalu menahan diri untuk tak berbicara kotor. Mengangguk, tersenyum, lalu menghilang di belakang. Bukan, bukan tak punya keberanian. hanya saja semuanya menjadi sia-sia. kenapa aku harus memberi penjelasan bahkan pada orang yang tahu apa gunanya telinga?

 

Sejatimu

SEJATIMU

@nurmasawiyya

 

Sekali membandingkan, kau telah menghukum seseorang karena telah menjadi dirinya sendiri. Padahal, kalau kau mau melihat, jauh lebih dekat, kau akan paham, setiap orang memiliki keindahannya masing-masing.

Jika ia  sejatimu. Ia tidak akan membandingkan dirimu dengan makhluk manapun, bahkan dengan belah pinangmu. Teman sejati, membantumu untuk lebih baik, bukan memintamu seperti orang lain. Pasangan sejati, membantumu untuk meningkatkan kualitasmu, bukan menyejajarkanmu dengan yang lain. Orangtua sejati, membantumu berkembang dalam potensi terbaikmu, bukan menuntutmu seperti siapapun yang mereka kenal.

Bagaimana jika tidak?

ah… Aku selalu memahami konsep cermin dalam relasi. Kalau kau merasa dibandingkan, bisa jadi kau terbiasa membandingkan. Kalau kau merasa tak dicintai, bisa jadi kau tak belajar mengekspresikan cintamu dengan tepat. Jika kau merasa dijahati, bisa jadi kau melakukan kejahatan kepada orang lain. Maka belajarlah. Untuk menjadi pribadi yang kau inginkan untuk ada di sampingmu. Seperti bagaimana kau menginginkan teman sejati, pasangan sejati, orangtua sejati. Being all of them.

Dan kau akan merasa, kesejatianmu akan datang untukmu. Saat kau menjadi yang sejati untuk orang-orang di sekelilingmu.

 

Love,

Nurma Sawiyya

Jauh Berbeda

Aku dulu pernah gila. Tapi kini berbeda. sebab aku berpijak pada Yang Maha Kuat.

Aku dulu pernah tak waras. tapi kini berbeda. sebab aku berpihak pada Yang  Maha Setia.

Aku dulu pernah hampir padam. Tapi kini berbeda. sebab aku bersandar pada Yang Maha Menyala.

Aku dulu pernah terluka tanpa batas. Tapi kini berbeda. sebab aku bersimpuh pada Yang Maha Penyembuh.

Aku akan melalui segalanya tanpa keluh.

Dan kuakan memeluk janjiNya. Dengan syukur.

Seorang Teman sampai Abadi nanti

Aku pernah bermimpi untuk ditemukan pangeran. Ia berjalan anggun, penuh kehormatan, dan dan kudapati ia tak bercacat cela. Senyumnya memadamkan amarah. Candanya melunturkan kekesalan. Dan ia akan mendampingiku, menulis bersamaku, seumur hidup.

itu dulu.

hahaha.. saat setiap romansa jadi hal yang mudah kupercaya. Lalu kusadari, pangeran tak akan menemukanku. Sebab aku bukan pula sang putri. Dengan segala kemanusiaan yang mengalir di nadiku, impianku menjadi sangat sederhana. atau tidak? ahahaha…

Dibanding pangeran, aku rasa aku lebih menginginkan sang ksatria, yang akan menyelamatkan. Melindungi harga diri, menawarkan perlindungan, memberi rasa aman. Pangeran terlalu berisiko. ahahaha…

tapi itu kemudian juga berubah. Aku tak akan lari dari sebuah ‘masalah’ dan meminta diselamatkan. Aku tak selemah itu untuk tak punya keajegan diri.

Maka inginku cukup mudah. Aku hanya ingin seorang teman saja. Memiliki pangeran akan membuatku harus tampil bak putri, lalau harus kuat dicemburui. Juga mencemburu dengan anggun.

Aku hanya ingin seorang teman saja. Memiliki ksatria akan membuatku manja. Aku hadapi hidup bukan demi mudah. Tapi agar aku mulia.

Aku hanya ingin teman saja. Yang melihatku sebagai manusia, dan kulihat ia sebagai manusia. yang kututupi cacatnya, dan ia tutupi cacatku. Yang melihat tangisku, dan kulihat tangisnya. Yang tertawa atasku, dan aku tertawa atasnya. Yang melihat kebodohanku, dan kulihat kebodohannya. Yang kumiliki rahasia besarnya, dan dia miliki rahasia besarku. Yang bercita-cita surga bersamaku. Lalu mengingatkan sampai mati. lalu hidup. lalu mengabadi.

My Second-Man

@nurmasawiyya

Lelaki pertama di hidup saya bukanlah lelaki tampan. Kulitnya hitam terbakar. Wajahnya kusam karena sering bertandang ke ladang. Satu-satunya pemanis adalah ceruk dalam di kedua pipinya. Saya menyebutnya, “Ayah”. Darinya saya kenal lelaki harus punya kasih sayang sekental keberanian dan tanggung jawab.

Siapa lelaki kedua saya? Dia terpaut sangat jauh usianya dari saya. Dia lahir ketika saya duduk di kelas 2 SMA. Hingga kini dia kelas 3 SD. Darinya saya kenal, lelaki tidak ada yang sepenyayang dia. Ya, dia lah adinda, yang kerap saya panggil, “Aa”.

Bocah seusianya tak saya sangka punya kelembutan hati seperti hawa. Entah. Mungkin karena kakak-kakaknya adalah perempuan mellow. Dia punya perasaan yang halus dan hati-hati.

Suatu kali, pernah dia kumpulkan uang jajannya karena tahu ayah akan berulang tahun. Sampai Mei tanggal 8, tiba-tiba dia pulang dengan bungkusan di tangan. Katanya, “Ayah, aku punya hadiah buat ayah”. Isinya adalah dompet murah hasil usaha heroiknya tidak jajan seminggu. Dompet yang sederhana tanpa ada gambar apapun, pilihan yang bijak, mengingat biasanya penjual dompet SD pasti menawari dompet ala bocah yang penuh gambar superhero.

Saya bahkan tak berpikir untuk memberi buah tangan. Buat saya, cukuplah doa saya untuk lelaki pertama saya itu. *malu jadinya. hahaha..

dan entah untuk keberapa kalinya saya dibuat meleleh dan malu oleh lelaki kedua ini. Setiap kali pulang, selalu ada oleh-oleh anak SD buat saya. Saya kurang punya perhatian buat lelaki-lelaki saya ini. Padahal dari keduanya saya mendapatkan kasih sayang berlimpah. Juga doa tak putus.

Doa saya, sebelum ada lelaki ketiga #KodeKeras. Hahahaha. Saya harus memperbaiki diri saya, yang selalu memberikan waktu sisa saya yang tidak prima. Sering saya pulang bukan demi menguatkan cinta, tapi demi rehatnya diri saya dan pulihnya raga saya yang lelah. Tak ada cukup senda gurau, tak ada cukup kasih sayang, tak ada cukup perhatian. Padahal saya dikenal ‘baik-hati’ kepada orang. Tapi buat kedua lelaki itu, saya cuma berikan waktu sisa saya yang isinya lesu dan lunglai.

😭Saya tahu, lebih dari apapun, saya perlu menata diri saya lebih baik.

Keluarga saya. Teman-teman saya. Mereka bukan tong sampah yang saya datangi justru ketika saya muak dengan dunia. Mereka punya hak untuk mendapatkan diri saya yang prima. Bukan bermasalah. Mereka punya hak untuk saya berikan Uma terbaik. Uma yang penuh kesungguhan. Bukan sisa. Begitu juga kepadaNya. Tak boleh ada istilah “sisa”. Saya adalah hamba, saya adalah anak, saya adalah kakak, saya adalah sahabat, daftar panjang yang tidak akan habis. Dan tidak ada peran yang harus saya sisihkan. terlebih, bagaimana saya jalani semua peran itu untuk mendukung peran utama saya: mengHAMBA.

 

Ketika Imbuhan ‘di-‘ Bersanding dengan Cinta

Ketika Imbuhan ‘di-‘ Bersanding dengan Cinta
@nurmasawiyya

Perhubungan antara yang mencinta dan dicinta diriwayatkan dari Anas bin Malik yang menanyakan perihal kiamat pada Rasulullah. Lalu lelaki terbaik itu berkata, amalan terbaik untuk mempersiapkan kedatangannya adalah dengan memiliki cinta yang besar pada Allah dan Rasulnya. Maka Anas menjawab dengan sumringah, itulah kabar paling membahagiakan, ketika ia akan dikumpulkan dengan rasul yang ia cintai dan para sahabat seperti Umar ibn Khattab.

Mencinta itu butuh usaha sangat besar. Bagaimana kalau ingin ada imbuhan ‘di-‘? .

Dicinta, bagi saya, juga butuh effort yang sama besar. Muhammad belia adalah pemuda penuh dedikasi, ia pembisnis yang punya tangan dingin, ia negosiator ulung yang humanis memecahkan masalah Hajar Aswad yang terancam memporak-porandakan kesatuan Quraisy, ia lah pula yang dicari penduduk Mekkah untuk berbagi bahagia. Al Amin bukti cinta penduduk Mekkah atasnya.
Atas dasar apa beliau dicinta? Sebab keunggulan, kesantunan, kesopanan, dan integritas dirinya yang diakui bahkan oleh jajaran pejabat Quraisy macam Amr bin Hisyam dan Abu Jahal. Memberikan imbuhan ‘di-‘ pada cinta sungguh tak mudah.

Namun, tak sulit untuk jatuh hati pada Muhammad. Mengapakah? Sebab ia tak hendak mengais hormat pada manusia. Ia letakkan Allah di atas setiap hasrat, ingin, pikir, dan usahanya. Bukankah Allah saja yang mampu membolak balik hati?

Maka dicinta adalah perkara yang hanya dianugerahkan olehNya. dicinta banyak orang adalah pemberian Allah atas usaha kita menempelkan imbuhan ‘me-‘ pada cinta atas kebaikan. Satu saat tawa kita bisa saja menerbitkan muak, satu saat tangis kita bisa saja memberikan lega bagi orang lain.

Bukankah hati hanya milikNya? Maka memberikan imbuhan ‘di-‘ pada cinta, artinya mendekat lebih padaNya. Perihal hati, biarlah Dia yang mengurusnya. Jadi? bersiaplah dicinta oleh penduduk langit, lalu penduduk bumi akan menghujanimu dengan limpahan sayang. ☺

Ketika imbuhan “me-” bersanding dengan Cinta

Ketika imbuhan “me-” bersanding dengan Cinta
@nurmasawiyya
(1/2)

Saya suka heran. Ada ya orang yang menyukai apapun yang dilakukan seseorang yang lain. Fotonya mudah untuk disukai, tawanya mudah untuk disenangi, sedihnya mantap ikut dirasai, karyanya apapun bentuknya digandrungi. Setiap dari kita pasti punya orang macam begini, yang bahkan dia kentut sekalipun, kita masih dengan senang hati tergelak geli.
.
.
Ah.. tapi mencintai akan menunjukkan diri. Mencintai sesuatu yang baik artinya kita punya kecenderungan pada kebaikan. Mencintai yang buruk artinya kita tak beda dengan yang kita cinta. Maka bagi seorang mu’min, perihal mencintai adalah perihal sikap keyakinan terhadap Tuhan juga.
.
.
Maka, perihal mencinta adalah perkara yang harus diseriusi. Bukan. Saya gak lagi ngomongin tagar heboh #sah #sudahiatauhalalkan. serius artinya pengupayaan. Bagi saya, mencintai sosok Bilal bin Rabah adalah pengupayaan untuk membuat saya punya karakter khas yang mudah di-cinta, juga mengundang perhatian dariNya. Bagi saya, mencintai sosok Shalahudin Al Ayyubi artinya saya berusaha, agar yang saya cinta membuat saya bersikap benar atasNya.
.
.
Perangaimu akan dekat sekali dengan sosok yang kamu cintai. Maka, cintailah orang yang benar, cintailah para shalihin, cintailah para anbiya, tentunya cintailah para rasulillah. Dan ya, cinta memang butuh usaha agar tumbuh subur. Ia butuh dikenali. Di-kepo-i. Ke-kepo-an kita kadang menerbitkan selaksa rasa, bukan? Kenapa tidak kita coba, kepo terhadap rizalusshalihin, para pemuda ganteng sholih? (Gantengnya coret yak.hahaha..). Ada daftar panjang yang bisa kita telusuri: Thariq bin Ziyad, Mush’ab bin Umair, Amr bin Ash, dsb.
.
.
Buat saya, menambahkan imbuhan me- pada cinta artinya mengusahakan agar Surga bisa terlipat jaraknya meski sedikit demi sedikit. Menambahkan me- pada cinta juga berarti bercermin diri, melihat setidaknya refleksi itu pas tidak dengan saya. .
.
Hei, jadi siap menempelkan imbuhan me- pada cinta?
#bukancintabiasa. Eaa.hahaha.. tagarnya bikin geli. Tak apa lah. Siap mencinta, kan??? #sekalikalibicaracinta #padahalsering

Sweet Escape

Sweet Escape
@nurmasawiyya
Setiap dari kita selalu butuh ruang sendirian. Mengalihkan atensi yang awalnya pada lingkungan, lalu merenung untuk kebutuhan personal. Butuh privasi karena ini menyangkut diri yang butuh nutrisi.

Lelah. Kadang disalahpahami. Kadang rasanya tak dihargai. Kadang merasa bekerja keras sendirian. atau mendadak setiap orang mencibir meremehkan. Jalan keluarnya cuma satu: pengalihan yang menyenangkan. Sweet escape.

Bagi saya, sweet escape itu menulis. Menulis yang bukan untuk dipahami orang lain. Tapi menulis untuk diri saya sendiri. Tak peduli sulit dimengerti. Toh, saat seperti itu, menulis jadinya untuk menyamarkan maksud sebenarnya. Agar kesal tak jadi tuduhan amarah. Agar kecewa tak jadi hujaman melecehkan. Memulihkan diri. Menulis selalu jadi pilihan yang menyenangkan buat saya untuk kadang mengelabui maksud saya yang sebenarnya,tetap tertumpah semuanya, tanpa niat dimengerti oleh siapapun.

Kita butuh sweet escape. Apalagi bagi yang sensitif kayak saya (baca: pundungan.hahaha..) menulis jadi terapi tersendiri.

Hei, apa sweet escape-mu? Daripada ngelamun sendiri terus galau, salurkan-ekspresikan, lewat karyamu. Musik. Tari. Gambar. Hobimu yang paling menyenangkan. Agar sehat jiwamu, dan sehat pula tubuhmu.
Menerima layanan curhat 24 jam*

NB
*syarat ketentuan berlaku😂

Lelaki yang Meminjamkan Jasnya

@nurmasawiyya

Ia tak banyak berkata sia sia. Aku mengenalnya sejak lama. Seorang ketua yang bahkan dalam candanya, ia tak akan mengejek orang lain. Dia sosok yang begitu keras kepada dirinya, namun lembut ketika bicara kepada orang lain.

Akan kubiarkan namanya tetap anonim. #nyengir. Tapi akan aku kisahkan bagaimana ia membuatku berpikir dan mempercayai, masih ada lelaki baik di bumi yang sempat kuyakini isinya cuma lelaki brengsek atau lelaki alim yang skeptis pada lingkungan.

Namanya tak asing bagi seantero kampus psikologi. Apalagi makhluk berjakun bisa dihitung jari di fakultas kami. Hahaha.. dengan kesantunan berbonus humble-nya, ia adalah most wanted guy waktu itu. Tapi aku gak akan bahas yang itu ya😂 #akusihcool

Anak rumahan. Tapi gaul.
Suka ke pengajian. Tapi asyik.
Menjaga kehormatan. Tapi gak kaku.
Menjaga diri. Tapi gak skeptis.

Itu kesanku padanya. Waktu itu tanpa sengaja di tengah rapat kami sehabis praktikum tes psikologi. Aku kasih tahu kostum wajib kami ya, untuk yang berkerudung, rok span panjang warna pekat dengan kemeja yang tidak mencolok warna atau coraknya. Kemeja dimasukkan. Kerudung sederhana tanpa bros heboh. Ditambah sepasang high heels yang setidak-tidaknya 3cm.

Nah untuk perempuan yang tidak berkerudung, rok span selutut yang belakangnya itu ada belahan agar memudahkan gerak. Dengan kemeja yang simple juga. Dan ya, high heels.

Itu penampakan kami kalau lagi praktikum. Ditambah stopwatch yang digantung di leher. Fabulous.😄

Nah, ketika rapat itu, kita kan melingkar untuk duduk. Kebayang dong perempuan berspan pendek yang bingung gimana caranya pahanya bisa tertutup maksimal. At the moment, he come across and lend his black tuxedo. *serasa ada backsound Clair De Lune, saking so sweet-nya.hahaha.. He doesnt comment anything harsh like, “makanya lu pake rok panjangan dikit”, “lu udah tau pake span pendek, terima resikonya dong”, de el el. He just sit back silently, and start the meeting.

Dia tidak mempermalukan. Bahkan ketika sebetulnya ia bisa saja melakukan itu dan mengatakan sesuatu terkait menjaga aset pribadi. Dia tidak sembarangan menyentuh perempuan yang bukan mahramnya, kalau bukan karena urgent. Kita semua menghormati ia sebagai sosok yang tegas memegang prinsipnya. Tapi tidak kehilangan pesona untuk berbaur. Terbukti, tetap saja ia bisa nongkrong bareng, nonton bersama dengan gengs, dan bahkan dia diberi kejutan ketika ia ulangtahun. he’s such adorable and lovable person. But in sametime, he’s strong to keep his pride. #akukalaumuji #maksimal. Hahaha… yup. Dia lelaki yang meminjamkan jasnya untuk menutupi area pribadi, tanpa mengucap apapun. Dia yang kemudian membuatku percaya, orang shalih itu ada. Bukan shalih lalu menyebar peringatan dan diwaspadai sekeliling karena omongan nyelekit. Tapi shalih yang sepaket dengan santun. Membaur yang tak membuatnya lebur.

 

#PemudaBeraniBerakhlak

#IndonesiaBerakhlak

#KarakterMuliaDalamKarya